Melawan Pizza Hut

Melawan Pizza Hut

The Brand Master Class – Sesaat setelah selesai sharing materi di Grounded Business Coaching (GBC) LED by Coach Imam Elfahmi beberapa peserta mendekati & konsultasi.

Salah seorang perserta curhat & konsultasi, “Mas Dodi, kalau saya undang ke Gorontalo untuk bisakah, saya perlu jasanya mas Dodi?”

“Ibu bisnis apa? Sudah berapa lama?” Tanya saya.

“Pizza sudah 5 tahun…” Jawabnya

“Masalahnya apa?”

“Penjualan saya stagnan dan Pizza Hut barusan masuk di Gorontalo, saya sedikit khawatir kalah saingan dengan Pizza Hut…”

Sebelum jauh-jauh memberikan nasehat positioning, tambah diferensiasi, tambah menu, dll. Sebelum jauh-jauh kesana. Saya lebih senang mendengar pelajaran dari perjalanan bisnis 5 tahun.

Lima tahun bukan waktu sebentar, pasti banyak cerita dan pelajaran.
Dari mana mendapatkan kisahnya? Laporan Keuangan.

“Sudah berapa lama konsumen loyal dengan brand ibu & apa yang membuat loyal? Kalau belum data akurat berbasis riset, dijawab kira-kira dulu saja…”

“Kurang lebih semenjak awal konsumen saya sudah loyal… yang membuat mereka bertahan adalah kebanyakan karena rasa nyacocok dengan lidah orang Gorontalo…”

“Bentuknya restaurant atau booth?”

Booth dengan ada tempat makannya…”

Setelah menjawab begitu, saya tambah penasaran.

“Bagaimana bisa, konsumen loyal, produk diterima pasar. Dengan booth biaya ekspansi tidak begitu mahal. Apa yang menghalagi untuk memperbesar sales & ekspansi…?“ Tanya saya

“Saya khawatir dengan Pizza Hut.. Tempat lebih bagus Pizza Hut, brand lebih terkenal…” Kekhawatiran sang owner.

Range harga jual produk berapa?”

“17 ribu – 23 ribu…(saya agak-agak lupa dikit)”

“80% yang paling banyak laku yang mana?”

“19 ribu”

“Orang beli makan di tempat & delivery / take away, perbandingannya bagaimana?”

“Kira-kira 90% delivery order / take away & sisanya makan di tempat”

“Loh… mana irisan pasarnya dengan Pizza Hut?

Pertama, dari sisi harga enggak ada irisan. Harga tertinggi anda 23 ribu. Harga paling bawahnya Pizza Hut pun tidak ada segitu,

Kedua, Pizza Hut mungkin 80 % makan di tempat dan 20% delivery. Pizzanya ibu kebalikan, 10% yang makan di tempat. Buat apa bersaing pada “tempat makan” jika itu bukan core value…90 % konsumen yang take away / delivery order saya yakin tidak peduli, apakah tempat makan dine in pizza Anda keren atau tidak, karena mereka tidak membutuhkannya…”

“Hmmm…. Berarti kalau saya ekspansi fokus ke take away ya? Kenapa saya tidak menyadarinya…”

“Masih ada lagi… karena bisa jadi produknya masuk ke dalam impuls product, ada strategi khusus … nah yang ini saya sampaikan di Workshop ReDesign Your Brand Strategy Ibu sudah ditunggu di lapangan Futsal….”

***Hightlight***

1| Itulah Blind Spot
Karena rutinitas harian, seringkali pengusaha tidak dapat melihat hal-hal yang tersembunyi. Sehingga membutuhkan bantuan orang lain untuk memperlihatkannya.

Jika anda adalah seorang coach, salah satu tugas Anda memperlihatkan blind spot coacher Anda.
Perbanyaklah mengeksplore dengan bertanya…

Termasuk saya pun, saya memiliki mentor yang mendampingi saya untuk memperlihatkan blind spot saya.

2| Diagnosa-diagnosa-diagnosa sebelum obat

3| Tingkatkan kompetensi dalam memahami laporan keuangan.
Laporan keuangan, jika anda dapat membuka enkripsinya, ada story telling di situ. Memahami hal-hal dibelakang angka. Bagaimana cara menganalisa laporan penjualan & bagaiamana cara membaca small data / insight?

Di bawah ada informasinya…

Ada yang nanya “loh…brand kok bicara laporan keuangan…”

“Filosofi Neyma Way yang pertama adalah Bisnis & Brand adalah sekeping mata uang yang hanya berbeda sisi…Bisnis & Brand adalah satu. Melihat kesehatan bisnis bukan dari yang terlihat oleh mata baik-baik saja tetapi dari laporan keuangan. Kan ada orang yang kena kanker, tetapi terlihatnya tubunya biasa saja… Maka melihatnya dari laporan laboratorium”

Al Ries sebagai praktisi Marketing & Branding dunia, pernah ditanya, “Orang Manajamen itu seperti apa?”

Al Ries Menjawab : Seorang praktisi marketing yang bisa membaca laporan keuangan dan laporan rugi laba

Salah satu kasus, toko jilbab, naik penjualan 300%. Dan alhamdulillah pertumbuhannya konstan tumbuh. Bukan naik 300% hanya 1 atau 2 bulan saja kemudian turun lagi. Sewaktu mendiagnosa saya menggunakan laporan keuangan. Kemudian merumuskan strategi.

Yang anda butuhkan bukan hanya SALES GROWTH, tetapi SUSTAINABLE SALES GROWTH
Kalau tujuannya sustainable sales growth, perubahannya adalah pada sisi fundamental bukan polesan atau taktikal.

Jadi… sebenarnya secara Positioning & Unique Value Propositionnya (UVP) berbeda dengan Pizza Hut. Tidak beririsan secara langsung. Jadi perjelaslah Positioning & UVP brand anda.

Dodi Zulkifli
Neyma Identity & Brand

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *