Ga Tahu – Tahu – Bisa

The Brand Master Class – Setelah ikut workshop Business Fundamental Skill(BFS) bersama coach Armala. Dimulailah fase pembenahan Business Proccess Mapping dengan PRAKTEK MANDIRI. Kira- kira sudah berjalan 2 tahun, sejak saya ikut workshop BFS.

Artinya PRAKTEK MANDIRI adalah Saya ikut workshop kemudian saya aplikasikan di kantor.
Tanpa pendamping dan mentor.

Memang tantangannya berat banget ya…

Ada yang pernah ngalamin?
Habis ikut workshop.
Terus pas mau diaplikasikan, pikiran kontraksi….

Karena apa yang disampaikan di kelas harus diadjust lagi kalau mau diaplikasikan ke bisnis kita.

Menurut saya Wajar…
Karena 2 hal….

1| Materi Workshop dibuat general.
Karena peserta workshop lintas industri, lintas skala bisnis.

Jadi materi dibuat general agar dapat diterima oleh audiencenya.

Saya tahu ini…karena saya juga bikin modul workshop…. hehehe

2| Karena fase belajar.
Ga tahu – tahu – bisa

Pas di kelas mengubah status Anda dari ga tahu jadi tahu dan menjadi setengah BISA.

Kenapa setengah BISA ?
Setengahnya bisa karena praktek langsung pas acara workshop.

Dan setengahnya lagi harus bisa mengaplikasikan di seluruh bisnis kita.

Inilah yang bikin kontraksi level 10.

Gapapa….
Itu tandanya sedang UJIAN.
Dan tanda-tanda NAIK KELAS adanya ujian kan

Di fase ini
ya kudu berjuaaaaaang…
Kudu strooooong
Apalagi sendiri tanpa penuntun.

Nah saya lihat ada 2 jenis peserta dalam menghadapi kontraksi level 10 ini :

Yang pertama. Ada teman-teman yang memilih : QUIT.

Karena butuh perjuangan untuk penerapan di bisnisnya.
Dan ga tahan akan kontraksi ini akhirnya menyerah.
Ga diaplikasikan.
Terus cari workshop lain.

Dan gitu lagi…
Ga tahu – tahu – mau bisa.
tapi butuh perjuangan, kemudian nyerah … QUIT.

Cari Workshop ke 3.
Dst….

Apa endingnya dari QUIT ini?
Boncos ikut workshop.

Tipe kedua….
Tapi juga ada yang memilih LANJUT.

PUSH THE LIMIT.
Saya memilih yang kedua.

Saya coba praktek sendiri.
Dengan segala kekurangan,
Keterbatasan.

SAYA INGIN MENJADI ORANG YANG BERDAYA.
Artinya berdaya apa….
Dengan resources yang ada ya terus maju…
No BUT NO IF NO REASON….!!!!

Alhamdulillah…
Setelah 1 ,5 tahun membenahi Business Proccess Mapping 80% bagian creative selesai.
Mulai dari Brief ke klien – Riset – Proses membuat Buyer Persona – Proses membuat Emotional Value – Proses membuat Visual Identity – Proses membuat Brand book.

Cleaaaar…
Step by step jelas.

Jadwal ke klien sudah mendekati 100% ontime.
Profit meningkat tajam berlipaaaaaat….
Alhamdulillah….

Naaah…
3 bulan terakhir ini goalnya adalah mendokumentasikan proses bisnis saya menjadi sebuah manual book,

Saya pengen situasinya kayak gini kalau tim baru masuk…
Tinggal lihat Manual book…

Tim yang baru udah bisa tahu apa yang harus dilakukan…

tapiii…
ga ketemu-ketemu caranya…

Udah mencoba jadi manual book…
terus diuji coba
Andai kata Anda tim baru masuk…
hanya dengan membaca guideline ini udah bisa belum..

ternyata …
GA BISA….!!!!!

Duuuh piye ini ya Allah….

Akhirnya saya memberanikan diri menghubungi guru saya…
Coach Armala untuk meminta bantuan….

Beliau mengutus salah seorang enginernya…
dan pagi hari ini adalah hari keempat…

Komentar tim saya gini
“pantesan 3 bulan kemarin muter-muter ga ketemu…. karena ga tahu detailnya….kenapa dari dulu ga minta bantuan human plkus aja ya…ga perlu proses 2 tahun gini……”

Memang kerja bareng dengan yang memiliki pengalaman & memiliki ilmunya mempercepat sampainya.

hehehe

Saya langsung ngebatin….
“oh ini juga kali yang dirasakan klien-klien saya…ternyata gitu tho caranya menentukan positioning”

Memang kerja itu enak dengan yang ahli dibidangnya… clear… tuntas….

“Barangsiapa menyerahkan sebuah urusan bukan kepada Ahlinya maka tunggulah kehancurannya” HR Bukhari

Apa Yang Membuat Konsumen Repeat Order?

The Brand Master Class – Apa yang membuat konsumen mau merekomendasikan? Apa yang bikin konsumen repeat order? ‘Pak, bapak tahu informasi Neyma dari mana? Apa yang memutuskan bapak kontrak dengan kami?’ Saya suka bertanya-tanya demikian ke klien. Untuk menggali insight mengetahui apa yang ‘work’ dan yang ‘enggak work’.

✅Ini cerita dari klien

Saya pertama kali lihat Mas Dodi di Instagram. Kemudian saya hubungi staff kantor. Saya udah dapat penawaran dan saya masih timbang-timbang.

Setelah itu saya ikut workshop Sekolah CEO.

Saya kenalan dengan seseorang. Anggap saja Anton namanya.
Saya ngomong kalau habis dari workshop ini mau ke Semarang, mau ke kantor Neyma.

Anton ngomong, ‘Neyma hasil berkualitas, layananannya profesional, bagus tuh!’

Ternyata Anton adalah salah satu klien Neyma dari Bandung, yang udah repeat order ke Neyma.

Setelah itu saya mantap dan yakin untuk memilih Neyma. Sampai kantor Neyma, lebih kuat lagi keyakinan saya. Ketemu teamnya Neyma aja udah keren diskusinya.

Apa lagi kalau ketemu langsung dengan Mas Dodi. Langsung saya tanda tangan MoU.

——

✅ Apa pelajarannya ?

1️⃣ Klien melakukan Repeat Order dan mau memberikan rekomendasi pasti karena kepuasan.

Angka repeat order di Neyma mencapai 30%.
(Bu Ira Rahmawati Madjid, masih memegang rekornya 7x repeat order)

Angka klien yang datang karena rekomendasi mencapai 60%.

Calon klien lebih percaya kepada klien yang sudah merasakan pengalaman di Neyma.

Toh di tempat saya ga ada program ‘client get client’

Ada ga klien yang kecewa?
Ada 6 orang.
Kapan-kapan aja cerita ini.

2️⃣ Execelent Operation membuat klien puas. Ketepatan waktu, tepat solusi, layanan yang berkualitas.

Bagian nomor 2 ini, alhamdulillah 2 tahun terakhir Neyma dibantu oleh coach Armala dan tim Sekolah Manajer – Human Plus Institute.

Gimana bikin tepat waktu.
Gimana bikin step by step pekerjaan, gimana monitoringnya, gimana evalutionnya.

Kalau anda punya masalah dengan operation, kapasitas produksi kurang, dan yang sejenis. Ikut aja Workshop Business Fundamental Skill dari Coach Armala.

WAJIB…!!!!

Operation Bring Back Customers. Saya dengan senang hati membagikan pengalaman saya dalam membenahi operation Neyma dengan teman-teman.

3️⃣ Jangan mudah berjanji dengan calon konsumen.

Emang dengan janji lebih mudah berjualan.
Kayak pas Pilpres.. ehh

Saat berjanji, Anda harus memenuhinya.

Prinsip saya under promise over deliver.
Kurangi janji, berikan lebih dari yang dijanjikan.

Itu…!!!

Semoga bermanfaat!

Udah Ikut Pelbagai Workshop, Kok Belum Scale Up Juga?

The Brand Master Class – Ketika ditanya oleh klien, ‘Mas Dodi nih jago brand, bikin bisnis proses mapping kayak gitu juga bisa, emang udah dari awal bisa atau gimana cara belajarnya?’

‘Maksudnya dari awal bisa? lahir bayi tahu-tahu udah bisa bisa multi ilmu gitu?’

‘Bukan gitu… gimana sih cara belajarnya…’

Intinya gini, saya ambil dari kutipan sahabat saya, ABi Darwis Darmadji Harsono

TIDAK ADA PERTUMBUHAN DI ZONA NYAMAN
dan
TIDAK ADA KENYAMANAN DI ZONA PERTUMBUHAN.

Berhenti dulu bacanya.
Baca kalimat di atas 10x.

Bilangin… jangan terusin dulu.
Baca 10X dulu.

Udah? Mudeng?

Tahun 2017 akhir, saya ikut Business Accelartion Camp dengan pak Budi Isman. 5 Hari di Bogor.
Outputnya bikin Startegic Plan.

Saya mau omset XXXX Milyar.
Salah satu challange dari beliau, gimana cara kamu PRODUKSI.

Coba hitung…
Satu kontrak rata-rata di 2016 & 2017 piro?

Terus kalau kamu mau target omsetnya SEGITU MILYAR.

Coba dibagi…

Duuaaaaarrrrr….
Sekian RATUS KONTRAK..

Kapasitas PRODUKSIMU piye?

Lah tho…

Asal nentuin Target OMSET, ga dihitung KEMAMPUAN / KAPASITAS PRODUKSI.
Modyar…

MUMET…!!!!
Camp berakhir.

Beberapa pekan kemudian, saya mentoring langsung dengan Pak Budi Satria Isman
Awal tahun 2018.

“Pak, alternatif saya untuk mencapai omset SEGITU MILIYAR,
kalo lewat Neyma, susah pak..saya bikin brand baru aja pak,
untuk kelas dibawahnya NEYMA, agar target SEGITU MILIYAR tercapai…”

Jawaban pak Budi, bikin saya tertusuk dalam…

“You punya PROBLEM, target 2018 yang kemungkinan besar ga tercapai. You anggap SOLUSInya adalah bikin bisnis baru. You kira bikin BISNIS BARU ga nambah PROBLEM BARU?”

“Ehmmm….. iya sih pak…”

“Nah…jangan MENYELESAIKAN MASALAH, dengan MEMBUAT MASALAH BARU….”

Dalem banget kata-kata itu…
Saya inget
Saya catat pake SPIDOL BESAR, warna merah, dilingkari.
Kasih tanda pentung…

“Terus apa SOLUSImu…” tanya pak Budi.

“Hanya satu cara pak… Besarin kapasitas…”

Kesimpulan, tahun 2018.
Strategic Plan saya yang diturunkan menjadi Tactical Plan.
80% isinya meningkatkan KAPABILITAS & KAPASITAS.

Ditambah lagi pas ikutan GLC, coach Imam Elfahmi mengatakan

“Kapasitas bisnismu akan bertumbuh sebesar leadershipmu….” dengan gaya khasnya nendang meja.

Jleeeebb…
Kayaknya aku tahu masalahku…

(Biasanya masalah bisnis, bukan bisnisnya bermasalah, tetapi ownernya yang bermasalah…masalah kesehatan mentalnya… ikutan Grounded Business Coaching, belajar tentang 9 Business Owner Mentality, ilmu yang bikin otak kontraksi…)

Dalam hati…
Saya tahu harus kemana mencari SUPER HERO,
Untuk meningkatkan KAPABILITAS & KAPASITAS Produksi.

Sekolah Manajer – Human Plus Institute

Di tahun 2018, saya memiliki kesadaran PENUH.
Tahun 2018, omset saya akan menurun.
Karena FOKUS saya adalah tentang meningkatkan kapasitas & kapabilitas.

Yang di tahun 2017,
Molor, lama, ga tepat waktu.
Dan seabrek-abrek lainnya.

Mulailah saya belajar Business Process Mapping.
Bingung.
Mencoba untuk memahami.

Bayangin aja waktu pertama kali belajar Mobil.
Ya bingung.
Ya takut.
Ya deg-degan.

Tetapi saya harus belajar.
Kalau ga ada ilmu ini.
KAPASITAS MENTOK segini-gini aja.

MArketing udah biar jalan seadanya dulu.

Saya punya prinsip.
Saya besarin EMBERNYA (kapasitasnya)
Allah yang tuang AIRNYA.

Biarin saya setahun ini (2018) SABAR dan FOKUS di belajar Business Process Mapping.

Buka Modul.
Konsultasi dengan Bu Nia (tim Coach Armala)
Konsultasi langsung dengan Pak Armala

‘Kenapa saya sudah ikut workshopnya kok hasilnya beda dengan mas Dodi ya…’

‘Lha kamu praktek ga? Prakteknya konsisten ga? Udah nemu kesulitan dalam prakteknya? abis ketemu kesulitannya, lanjut terus apa berhenti praktek?’

‘Iya… belum konsisten.. hehehe’

Makanya saya bisa cerita tentang bisnis proses, tentang Management Control System, karena saya praktekkan apa yang ada workshop.
Saya hanya menceritakan APA YANG SUDAH SAYA LAKUKAN.

Dan alhamdulillah…
Setelah di 2019, atas izin Allah,
Neyma dari pendapatan meningkat
Dari sisi proses (operation) lebih efisien.

Minim tekanan,
Yang bikin AE nya sulit cari jodoh.
Karena diburu-buru deadline.

Minim tekanan,
Yang bikin designernya ga bisa shalat malam.
Karena malamnya untuk design terus..
(Kan tahajud, harus bobo dulu.)

Operation yang ada di Neyma,
Dengan metodologi yang terstruktur dan sistematis

Sekaligus menjadi Barrier to Entry kompetitor masuk.

Karena ntar kompetitor lain,
Akan melalui fase KETETERAN PRODUKSI juga.

Alhamdulillah Neyma sudah melewatinya.

2018 pakai gigi 1
2019 udah masuk gigi 2
2020 in shaa Allah masuk gigi 4
2021 in shaa Allah masuk gigi 5.

——
Kesimpulannya…

1| Saat ikut Workshop, terlebih materi yang baru untuk teman-teman. Langsung PRAKTEK. Ilmu-ilmu baru akan hadir saat praktek.

2| KESABARAN adalah hal FUNDAMENTAL, dalam mengembangkan bisnis, di level apapun. Baik masih UKM mikro, kecil dan menengah.

3| TIDAK ADA PERTUMBUHAN DI ZONA NYAMAN dan TIDAK ADA KENYAMANAN DI ZONA PERTUMBUHAN.

Sepakat?

REPUTASI : Antara JANJI & BUKTI

The Brand Master Class – Salah satu klien menceritakan. Saat saya mau memilih agency brand, saya tanya ke 3 orang :

✅ Saya tanya ke Kang Dewa Eka Prayoga , ‘Kang siapa agency yang pas untuk saya?’ jawabnya ‘Mas Dodi’

✅ Saya tanya ke bu Zaida Aulia & Syeikh Suseno Budi Prasetyo, ‘Mas Dodi aja, lebih pas & aplikatif untuk UKM yang sedang tumbuh’

✅ Pak Armala , ‘juga cerita mas Dodi’

Ma Shaa Allah Tabarakallah…!!!

——

Kalau teman-teman jualan barang atau jasa yang cukup mahal.
Yang dimana resiko cukup besar untuk KLIEN jika salah beli.
Yang dimana barangnya ga kelihatan alias barang ghaib.

Contoh :
Misalnya di Neyma.
Agency Visual Identity.

Atau juga misalnya beli rumah.
Kalau salah beli uang bisa melayang.

Atau sekolah.
Salah pilih sekolah bisa gawat.

Calon konsumen akan menimbang banyak hal & panjang dari banyak pilihan (kompetitor)
untuk memutuskan mana yang akan dipilih dan dianggap pilihan terbaiknya.

——
Biasanya calon konsumen secara mandiri akan melakukan hal ini agar tidak salah beli. Mencari klien atau orang-orang yang sudah pernah membeli.

✅✅✅Nah, berarti kuncinya adalah MEMUASKAN KLIEN atau PEMBELI.
Membangun Reputasi.

Kalau mau lebih mudah jualan.
Kalau mau lebih mudah mengalahkan kompetitor.

PUASKAN konsumenmu.
Happy client is the best salesman.

CUUUZZZ…
REPUTASI meningkat seketika
dari ga kenal bisa langsung percaya.
dari kenal bisa langsung percaya banget.

——

CEO Haus yang ganteng, mas @gufronsyarif , DM ke saya, mas Dodi, Pak @budiisman , Strongly rekomen saya ikut kelas mas Dodi.

Rekomendasi lagi bukan?

—-

Gimana bangun REPUTASI?
(bahasa kerennya Brand Equity)

Dalam metode Neyma Way untuk membangun Brand Equity,
salah satu tahapnya adalah Brand Delivery.

Nah di dalam Brand Delivery, 2 bagian besar :
1| Promise, anda harus mengkomunikasikan janji-janji Anda.
2| Proof, anda harus MEMBUKTIKAN janji Anda.

Bikin janji gampang.
Yang susah membuktikannya.

Step by stepnya gimana? Kalau ini wajib sambil ngeteh.

Apa Itu Apple Syndrome?

The Brand Master Class – Apa sih Apple syndrome? Ini berdasarkan pengalaman pribadi. Gini, pernah kan ikut workshop? Kemudian sang pembicara menceritakan indahnya perusahaan Apple.

Banyak yang antri.
Walapun harga selangit.
Loyalitas tinggi.
Profit tinggi.

Mulailah sang peserta tersepona.
Mabuk kepayang dibuatnya.

Mulai pembicara menceritakan langkah-langkah mencapai seperti Apple.

Bangun cerita.
Barang dijual mahal.
Bisa menjadi prestisius.

Peserta makin tersepona
Dan tergila gila.
Bersemangat.

Seakan semuanya mudah.
Seakan semua masalah bisnis selesai dengan satu workshop ini.

Hayo…
Siapa yang ngerasa gini.

Pas habis workshop
Pulang ke kantornya masing-masing
Berusaha mengeksekusi sesuai langkah-langkah sang pembicara.

Pas mau eksekusi,
Tagihan datang… bingung cari dananya.
tim ada yang menjengkelkan… beresin tim lebih dulu.
Produk dikomplain… benerin urusan produksi.
Harga ditawar habis-habisan… bingung ngejawabnya.

Dan ratusan masalah lainnya,

Akhirnya kisah indah Apple terlupakan.
Peserta workshop kembali ke rutinitas masing-masing.

Asli…
Ini pengalaman saya pribadi.

Saya juga pembicara di workshop.
Dan saya juga pernah melakukan hal yang sama.

Hahaha…

Akhirnya saya mikir.
Ga boleh kayak gini nih.

Peserta ga tahu apa yang harus dilakukan.

Saya melakukan evaluasi.
Akhirnya muncullah sebuah kesimpulan.

Yang harus diceritakan adalah sewaktu Apple masih kecil, masih UKM, apa yang dilakukan sehingga menyebabkan sebesar seperti sekarang.

Kalau menceritakan apa yang dilakukan saat sudah besar.

Duuuh… peserta UKM, bingung menghubungkannya, apa yang harus kulakukan setelah ini.

Brand gede
Saat bikin ‘statement tertentu’ posisi awareness sudah meluas.
Budget untuk komunikasinya juga amit-amit.

Lah UKM?
Awareness aja belum meluas.
Trust masih naik turun.
Budget serba terbatas.

Makanya The Brand Master Class, memiliki konsep harus terstruktur, sistematis dan holistik.
Dan executable (langsung bisa dieksekusi).

Karena trauma diri sendiri.

Siapa yang punya pengalaman yang sama?
Share dong pengalamannya.

5 Metode Menyusun Anggaran Marketing UKM

The Brand Master Class – Sudah nyusun budget promosi belum? Hal ini biasanya dilakukan di akhir tahun. Berapa persen sih yang dialokasikan untuk promosi?

Berikut ini 5 metode menyusun anggaran marketing yang UKM banget.

1| Presentase OMSET.

Paling banyak dipakai oleh banyak perusahaan.

Misalnya anda menetapkan anggaran marketing 10% dari omset.
Kalau punya omset 1 Triliyun, berarti anggaran marketingnya 100 M.

Berapa % anggaran idealnya?
Tidak ada angka pastinya tetapi ada caranya untuk mengetahuinya.

2| Metode CONTEK / metode paritas.

Ya contek aja industri / kategori yang sama. Anda bisnis kosmetik, cek aja bisnis kosmetik yang lain punya anggaran promosi berapa %. Di indutsri kosmetik bisa mencapai 40-50% dari omset / revenue.

3| Metode TUJUAN.

Tentukan tujuannya dulu baru susun anggarannya.

“loh bukannya tujuan promosi pasti omset…”

Bener!!! tapi untuk sampe ke OMSET ada perjalanannya…Kalau anda mau traveling dari Semarang ke Jakarta naik mobil. Kota-kota yang terlewati Kendal – Pemalang – Pekalongan – Tegal – Brebes – dll. Kalau membuat promosi tujuannya bisa dipecah-pecah menjadi tujuannya PEKALONGAN atau TEGAL bukan JAKARTAnya.

Kala Brand anda baru lahir.
BIASANYA!!!! membutuhkan biaya promosi lebih besar.

Tujuannya adalah MENCARI PELANGGAN BARU….

4| Sesuai KEMAMPUAN.
Nah ini bisa dipake UKM. Ya bikin anggaran sesuai kemampuan.

5| Tanpa BUDGETING
Nah… ini paling UKM banget…!!!
Tanpa anggaran…kalau pas pengen ngeluarin ya dikeluarin…

Sadar…sadar…sadar… kalau pengen gede bisnisnya, ya mulai dianggarkan.
Kalau tanpa anggaran, enggak bisa diukur.

Segera taubat ya… Kalau teman-teman pakai metode yang mana? Yuk sharing…

Dodi Zulkifli

Panduan Warna Industri Fashion Muslim

The Brand Master Class – Ada pertanyaan bagus dan menarik yang masuk ke DM saya, “Mas Dodi, kira-kira warna yang tepat untuk panduan warna industri Fashion Muslim?” Panduan secara TEPAT, bahwa warna-warna di bawah ini adalah pilihan untuk Fahion Muslim, itu TIDAK ADA.

Di bawah ini saya berikan 5 pertimbangan yang diperlukan untuk memilih warna dan dapat digunakan untuk market category lainnya, bukan hanya fashion muslim.

1| Segmen yang diambil.

Jual kerudung 99 rb.
Lihat iklan langsung beli.
Harga murah, ga banyak pertimbangan

Kalau jual kerudung 999 rb?
Lihat iklan
Mikirnya panjang
Pertimbangannya banyak

Nah…
Yang murah butuh warna cerah, biar “kelihatan” / stand out…

2| Sifat Kompetisi

Jual kerudung 99 ribu kompetitornya bisa jadi 350 brand

Jual kerudung 999 ribu kompetiornya bisa jadi hanya 35 brand

Nah, kalau kompetisinya cukup padat maka perlu “stand out”

3| Perhatikan Brand Personality

Kalau brand personality adalah GIRL CHICK maka butuh warna-warna yang mendukung.

Jika brand personalitynya adalah FEMINIM ELEGAN maka butuh warna-warna yang merepresentasikan.

Seperti klien Neyma Identtity & brand di bawah ini.

Amily Hijab, setelah melalui observasi baik dari sisi Psikografi segmennya (yang sering juga disebut dengan brand tribe) & produk-produknya, brand personality Amily Hijab yang tepat adalah Feminim Elegan.

Sedang visual identity yang ada Girl Chick. Dengan dasar itulah kami mengubahnya.

4| Pahami fungsi dari visual identity.
Dalam metodologi yang kami punya Neyma Way Canvas.

Ada 5 fungsi Visual Identity. Saya akan sebutkan salah 2 nya.
Pertama, sebagai PENARIK PERHATIAN. Kalau fungsi dari visual identity sebagai penarik perhatian, ya pokoknya harus terlihat ngejreeeeeng…
Ga usah mikirin filosofi-filosfian..

Contoh kategori yang menggunakan fungsi ini adalah Fast Moving COnsumer Goods, produk yang dapat dibeli di minimarket.
Pokoknya asal kelihatan mencolok udah beres… karena bertarungnya di rak.
Keputusan pembelian cepat, tanpa banyak pertimbangan.

Warna apa yang ngejreng?
Ya warna yang berbeda denga kompetitornya.
Cleo pakai warna orange, jadilah ngejreeeeeng…

AWAS !!!!
Jangan sampai asal beda aja. Harus ada pertimbangan lainnya yang perlu dikonsultasikan dengan profesional di bidangnya (kayak saran dokter aja… hehehee)

Kedua, sebagai pembentuk IMAGE.
Untuk menjadi stand out bukan hal penting.
Misalkan, brand-brand mahal belum tentu stand out. Tetapi dapat menyampaikan IMAGE prestigenya.

Sebuah brand pasti mengkrucut ke salah satu fungsi tersebut.

5| Perhatikan Industri & Categorinya.
Misalkan Industri Fast Moving Consumer Goods akan berbeda dengan Industri Manufaktur. Akan berbeda lagi jika Ritel.

Demikian 5 pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memilih warna brand. Dengan catatan situasinya adalah brand tersebut belum lahir, atau sudah lahir tetapi belum banyak dikenal. Jika sudah banyak dikenal, tentu pertimbangannya lebih dari itu.

Semoga Bermanfaat.

Rahasia Pebisnis Beruntung Terus

The Brand Master Class – Ada pebisnis yang kayaknya beruntung terus. Apa rahasianya ? Tadi pagi pas nyetirin mama saya, kemudian ngobrol-ngobrol ringan.

Sampailah di suatu perbincangan, mama saya menceritakan sebuah kisah yang didengar dari ceramah Ustad Adi Hidayat. Di dalam kisah tersebut Ustad Adi Hidayat bercerita. Ada seseorang ingin bertaubat, kemudian anak itu ditanya ‘masih punya ortu?’

‘Sudah tidak ada…’

Kemudian anak itu bertanya lagi, ‘loh apa hubungannya taubat dengan orang tua…’ (maksudnya: dosanya kan bukan sama ortunya)

Untuk orang yang ingin bertaubat, mintalah doa dari orang tua, lebih khusus ibunya. Karena doa ibu sangat dahsyat. (Saya tanya sama ortu, ini hadist atau kisah jaman sahabat? ortu saya ngejawab hadist, silahkan dicari dulu sumber hadistnya, saya mencari belum menemukannya)

Kenapa ibu disebut 3x oleh Rasulullah shallahu alailihi wassalam ?

Karena ibu melakukan 3 hal yang tidak dilakukan ayah.
Mengandung, melahirkan dan menyusui.

Kemudian mama saya menambahkan ceritanya, ‘ada orang yang punya masalah besaaaaaaar, tetapi terasa ringan….Karena diringankan oleh Allah karena berkah taat dengan orang tuanya. Tetapi juga ada orang yang masalah keciiiiiiiiil, karena tidak ditolong oeh Allah maka terasa beraaaaaaaaaaaaaat. Bisa jadi karena kurang berbakti dengan orang tuanya.’

Ma shaa Allah…
Saya mendapatkan insight yang sangat-sangat menarik.

Saya tiba-tiba teringat dengan kakek saya.
Kakek saya punya banyak bisnis retail.
Setiap buka bisnis, bisnisnya jadi…
Mulai dari rumah makan banyak cabangnya, toko bunga, toko buah, dll.

Padahal enggak pernah ikutan workshop, belum ada Facebook, belum ada Google dan belum ada youtube.

Ingatan saya langsung melayang ketika usia 4-5 tahun. Saya sering tidur di rumah kakek saya. Setiap sehabis shalat Subuh kakek saya ngajakin untuk ke rumah orang tuanya (berarti mbah buyut saya). Untuk apa?

Untuk cium tangan & ngobrol ringan.
Setelah itu pulang dan kembali ke aktifitas biasa.

Kebiasaan ‘baik’ itu masih dilakukan walaupun kakek saya sudah tua, walaupun sudah punya cucu.

Bisa jadi ridho orang tuanya lah menjadikan keberkahan untuk bisnis-bisnisnya. Semua unit-unit bisnis terberkahi.
Langkahnya dituntun oleh Allah.
Keputusan-keputusannya hampir selalu tepat.

Walaupun kakek saya hanya lulus SD.

Seringkali kita ngomong, ‘orang itu kok kayaknya selalu dapat keberuntungan… pas mau bikin bisnis, eh enggak sengaja dia bikin bisnis di sebuah industry & category yang sedang growth. padahal orangnya ga tahu & ga ngerti industry & category itu apa…’

Bisa jadi itulah keberkahan.

Yang masih punya orang tua…
Itu kunci surga paling mudah & paling dekat.

Semoga bermanfaat teman-teman semua.
Silahkan di share tanpa ijin, agar bermanfaat lebih luas.

Melawan Pizza Hut

The Brand Master Class – Sesaat setelah selesai sharing materi di Grounded Business Coaching (GBC) LED by Coach Imam Elfahmi beberapa peserta mendekati & konsultasi.

Salah seorang perserta curhat & konsultasi, “Mas Dodi, kalau saya undang ke Gorontalo untuk bisakah, saya perlu jasanya mas Dodi?”

“Ibu bisnis apa? Sudah berapa lama?” Tanya saya.

“Pizza sudah 5 tahun…” Jawabnya

“Masalahnya apa?”

“Penjualan saya stagnan dan Pizza Hut barusan masuk di Gorontalo, saya sedikit khawatir kalah saingan dengan Pizza Hut…”

Sebelum jauh-jauh memberikan nasehat positioning, tambah diferensiasi, tambah menu, dll. Sebelum jauh-jauh kesana. Saya lebih senang mendengar pelajaran dari perjalanan bisnis 5 tahun.

Lima tahun bukan waktu sebentar, pasti banyak cerita dan pelajaran.
Dari mana mendapatkan kisahnya? Laporan Keuangan.

“Sudah berapa lama konsumen loyal dengan brand ibu & apa yang membuat loyal? Kalau belum data akurat berbasis riset, dijawab kira-kira dulu saja…”

“Kurang lebih semenjak awal konsumen saya sudah loyal… yang membuat mereka bertahan adalah kebanyakan karena rasa nyacocok dengan lidah orang Gorontalo…”

“Bentuknya restaurant atau booth?”

Booth dengan ada tempat makannya…”

Setelah menjawab begitu, saya tambah penasaran.

“Bagaimana bisa, konsumen loyal, produk diterima pasar. Dengan booth biaya ekspansi tidak begitu mahal. Apa yang menghalagi untuk memperbesar sales & ekspansi…?“ Tanya saya

“Saya khawatir dengan Pizza Hut.. Tempat lebih bagus Pizza Hut, brand lebih terkenal…” Kekhawatiran sang owner.

Range harga jual produk berapa?”

“17 ribu – 23 ribu…(saya agak-agak lupa dikit)”

“80% yang paling banyak laku yang mana?”

“19 ribu”

“Orang beli makan di tempat & delivery / take away, perbandingannya bagaimana?”

“Kira-kira 90% delivery order / take away & sisanya makan di tempat”

“Loh… mana irisan pasarnya dengan Pizza Hut?

Pertama, dari sisi harga enggak ada irisan. Harga tertinggi anda 23 ribu. Harga paling bawahnya Pizza Hut pun tidak ada segitu,

Kedua, Pizza Hut mungkin 80 % makan di tempat dan 20% delivery. Pizzanya ibu kebalikan, 10% yang makan di tempat. Buat apa bersaing pada “tempat makan” jika itu bukan core value…90 % konsumen yang take away / delivery order saya yakin tidak peduli, apakah tempat makan dine in pizza Anda keren atau tidak, karena mereka tidak membutuhkannya…”

“Hmmm…. Berarti kalau saya ekspansi fokus ke take away ya? Kenapa saya tidak menyadarinya…”

“Masih ada lagi… karena bisa jadi produknya masuk ke dalam impuls product, ada strategi khusus … nah yang ini saya sampaikan di Workshop ReDesign Your Brand Strategy Ibu sudah ditunggu di lapangan Futsal….”

***Hightlight***

1| Itulah Blind Spot
Karena rutinitas harian, seringkali pengusaha tidak dapat melihat hal-hal yang tersembunyi. Sehingga membutuhkan bantuan orang lain untuk memperlihatkannya.

Jika anda adalah seorang coach, salah satu tugas Anda memperlihatkan blind spot coacher Anda.
Perbanyaklah mengeksplore dengan bertanya…

Termasuk saya pun, saya memiliki mentor yang mendampingi saya untuk memperlihatkan blind spot saya.

2| Diagnosa-diagnosa-diagnosa sebelum obat

3| Tingkatkan kompetensi dalam memahami laporan keuangan.
Laporan keuangan, jika anda dapat membuka enkripsinya, ada story telling di situ. Memahami hal-hal dibelakang angka. Bagaimana cara menganalisa laporan penjualan & bagaiamana cara membaca small data / insight?

Di bawah ada informasinya…

Ada yang nanya “loh…brand kok bicara laporan keuangan…”

“Filosofi Neyma Way yang pertama adalah Bisnis & Brand adalah sekeping mata uang yang hanya berbeda sisi…Bisnis & Brand adalah satu. Melihat kesehatan bisnis bukan dari yang terlihat oleh mata baik-baik saja tetapi dari laporan keuangan. Kan ada orang yang kena kanker, tetapi terlihatnya tubunya biasa saja… Maka melihatnya dari laporan laboratorium”

Al Ries sebagai praktisi Marketing & Branding dunia, pernah ditanya, “Orang Manajamen itu seperti apa?”

Al Ries Menjawab : Seorang praktisi marketing yang bisa membaca laporan keuangan dan laporan rugi laba

Salah satu kasus, toko jilbab, naik penjualan 300%. Dan alhamdulillah pertumbuhannya konstan tumbuh. Bukan naik 300% hanya 1 atau 2 bulan saja kemudian turun lagi. Sewaktu mendiagnosa saya menggunakan laporan keuangan. Kemudian merumuskan strategi.

Yang anda butuhkan bukan hanya SALES GROWTH, tetapi SUSTAINABLE SALES GROWTH
Kalau tujuannya sustainable sales growth, perubahannya adalah pada sisi fundamental bukan polesan atau taktikal.

Jadi… sebenarnya secara Positioning & Unique Value Propositionnya (UVP) berbeda dengan Pizza Hut. Tidak beririsan secara langsung. Jadi perjelaslah Positioning & UVP brand anda.

Dodi Zulkifli
Neyma Identity & Brand

Ilmu Brand Jalanan

The Brand Master Class – Dari mana sih saya dapat ilmu brand? Dari mana saya belajarnya? Sedangkan secara formal saya hanya sampai SMA saja…

Saya yakin jika anda bersungguh-sungguh dan peka terhadap bisnis Anda, saya yakin secara naluri akan mengarahkan ke arah yang tepat.

Contohnya :
Saya buka bisnis kedua tahun 2005 dengan brand Derajat Celcius dan tagline Rumah Print Warna.
Bisnis pertama buka tahun 2001 dan wafat tahun 2003, usianya hanya 2 tahun saja.

Kenapa saya pilih DERAJAT CELCIUS RUMAH PRINT WARNA ini?
Saat membuka percetakan pertama, banyak pelanggan-pelanggan yang memiliki MASALAH ingin cetak full colour dan jumlah sedikit, baik brosur maupun kartu nama.
Namun saat itu teknologinya tidak ada sehingga tidak memungkinkan.

Nah, tahun 2005 saya ada printer Canon yang bisa disuntik dengan mudah dan murah.
Ini bisa menyelesaikan masalah di atas.

Akhirnya saya buka Derajat Celcius, solusi cetak warna tanpa minimal order.
BOOOMM!!! Alhamdulillah laris manis…
Cabang saya 9 ( 6 punya saya, 3 Franchise)

Nah… saat belajar SBM (Smart Business Mapping) baru mengetahui bahwa kalau mau membuka bisnis mulailah dari masalah yang ada dipasar. Jangan mulai dari produknya.

Seperti kata pak Budi Satria Isman “Tanpa adanya masalah di pasar tidak akan ada yang namanya permintaan”

Juga saat tahun 2001 saya membuka percetakan dengan masih generik.
Tahun 2005 saya membuka cetak warna tanpa minimal order.

Di dalam SBM modul ini yang disebut dengan Zoom In dan di kelas pak Subiakto Priosoedarsono BBB (bisa bikin brand) disebut dengan New Category.

Ternyata saya sudah melakukannya sejak tahun 2005 namun saya tidak tahu ilmunya. Pada saat itu tidak ada youtube, tidak ada workshop, tidak ada seminar, tidak ada kegiatan-kegiatan pemberdayaan seperti sekarang.

Ini yang saya maksudkan, “Saya yakin jika anda bersungguh-sungguh dan peka terhadap bisnis anda, saya yakin secara naluri akan mengarahkan ke arah yang tepat”

Yang sering juga disebut dengan “unconscious competence”

Sehingga ilmu brand yang hari ini saya berikan kepada klien ataupun workshop, seminar dan telegram bukanlah ilmu yang saya pelajari setahun atau 2 tahun lalu. Namun sudah hidup bersama saya saat pertama kali membuka bisnis 19 tahun lalu. Dan alhamdulillah percetakan Derajat Celcius sampai hari ini masih ada di usianya yang ke 15 pada Februari 2018.

Suatu ketika Imam Malik ditanya oleh salah satu muridnya, “Wahai Imam Malik, apa hukum dan fadhilah membebaskan budak?”. Imam Malik tidak langsung menjawabnya pada saat itu. Selang satu bulan kemudian, Imam Malik bertanya di hadapan murid-muridnya,

“Siapa yang beberapa waktu yang lalu menanyakan soal hukum dan fadhilah membebaskan budak?”
Lalu murid yg bertanya itu mengacungkan tangan, “Saya, wahai Imam”.

Lalu Imam Malik memberikan jawabannya lengkap dengan dalil-dalil hadistnya.

Murid tersebut bertanya lagi, “Wahai Imam Malik, mengapa anda menunda sampai 2 bulan lamanya untuk menjawabnya?”.

Rupanya sang murid ini menunggu-nunggu jawaban.

Lalu kata Imam Malik, “Saya perlu waktu untuk mengumpulkan uang supaya saya bisa membebaskan seorang budak”

Tentu Anda akan merasakan perbedaan ketika sedang berhadapan dengan orang yang benar-benar menjalani apa yang dikatakan.

Bagaimana saya belajar positioning, sistemasi bisnis yang tahun 2007 cabang saya sudah 5 dan menemukan DNA diri saya sebagai Dodi Zulkifli. Pada saat itu tidak ada youtube, tidak ada workshop, tidak ada seminar, tidak ada kegiatan-kegiatan pemberdayaan seramai seperti sekarang.